Tahu tak hanya bisa dinikmati dengan cara digoreng. Tahu bisa
dinikmati dalam varian masakan dan makanan kecil. Tersebutlah tahu bodo,
tahu buntel, dan ada pula cihu: aci campur tahu. Cihuy…!
Saat bertandang ke Bandung, cobalah mampir ke Warung Talaga
di mal Paris van Java dan Cihampelas Walk. Anda yang menggemari tahu
pasti akan terpuaskan oleh menu serba tahu yang disodorkan.
Di rumah makan yang ditata dengan nuansa warung zaman dulu ini ada
makanan berat berbahan tahu yang bisa disantap saat perut benar-benar
lapar. Ada nasi bakar dicampur tahu, tahu petis, nasi bakmoy, atau nasi
bambu (nasi dibakar dalam bambu) yang disajikan lengkap dengan pepes
tahu, ikan asin, lalap, dan sayur asam.
Kalau sekadar ingin ngemil, pilihannya lebih banyak. Ada tahu buntel,
yaitu tahu yang dibungkus kulit pangsit lalu digoreng. Ada tahu kriuk
berupa tahu yang digoreng kering. Ada pula campuran tahu dan aci yang
disebut cihu. Dan, yang paling favorit adalah tahu bodo.
Tahu bodo ini sebenarnya sederhana, yaitu tahu goreng yang disajikan
dengan sambal di dalam sebuah cobek. Namun, Fifi Yuliana, pemilik Warung
Talaga, membuat menu ini lebih menarik. Fifi membuat variasi tingkat
kepedasan, mulai dari sambal yang dibuat dari 3 cabai rawit, 4-6 cabai,
7-9 cabai, 10-14 cabai, dan 15 cabai. Karena cabai rawit yang digunakan
berjenis cengek domba (cabai rawit dengan ukuran lebih besar
dibandingkan dengan rawit biasa), pedas yang akan terasa di perut
dijamin menohok lidah.
”Menu ini biasanya paling seru saat dipesan ramai-ramai. Bisa saling
menantang siapa yang paling kuat pedas,” kata Fifi yang menciptakan
sendiri racikan sambalnya.
Khusus camilan, selain di rumah makan, Anda juga bisa menikmatinya di
kedai kecil yang berada di area luar ruangan di Cihampelas Walk. Tempat
berwujud seperti warung inilah yang sebenarnya lebih dulu didirikan
dibandingkan dengan dua tempat lain yang menyajikan perpaduan makanan
kecil dan makanan berat.
Selain di ”warung”, olahan tahu juga dijual di toko makanan kecil
yang letaknya bersebelahan dengan pabrik tahu Talaga di Jalan Jenderal
Sudirman. Variasi tahu di sini di antaranya keripik tahu, kembang tahu
kering, batagor, nugget tahu, roll tahu (tahu yang dibungkus kembang
tahu), serta olahan kacang kedelai, seperti susu, puding, dan yoghurt.
Tanpa pengawet
Kehadiran Warung Talaga di dua pusat perbelanjaan di Bandung serta
satu tempat lain di Summarecon Mal Serpong 2, Tangerang, memang berawal
dari sebuah pabrik tahu yang dulu dikenal dengan nama Yun Sen.
Pabrik yang berlokasi di dalam gang di pusat Kota Bandung ini sudah
berdiri sejak 1923. Pendirinya adalah kakek Fifi, Liauw Pan Phin, yang
berasal dari China dan menikah dengan perempuan Sunda yang disapa Fifi
dengan panggilan Ma Ilot.
Sejak awal hingga sekarang, pembuatan manual masih dipertahankan
dengan menggunakan bahan-bahan alami tanpa pengawet. Tahu bungkus yang
berwarna putih dan berukuran besar, misalnya, dibuat dari susu kedelai
dengan cara dibungkus kain satu per satu.
Satu hal yang berbeda hanyalah peralatan yang dulu sebagian besar
dibuat dari kayu kali ini diganti dengan peralatan berbahan logam untuk
menjaga higienitas bahan baku.
”Peralatan dan bahan harus benar-benar steril untuk menjaga kualitas
tahu,” kata Hendra Gunawan, saudara kandung Fifi, yang kini bertanggung
jawab atas operasionalisasi pabrik.
Untuk membuktikan kebersihan produknya, Hendra kemudian meminta kami
mencicipi tahu kuning mentah yang telah menjalani proses sterilisasi
terakhir dengan cara direbus. Nikmat, dengan rasa kedelai yang segar dan
sedikit rasa asin karena tambahan garam.
”Kalau ingin tahu kualitas tahu, coba saja cicipi selagi mentah. Tahu
dengan kualitas bahan yang baik, tanpa bahan pengawet, akan terasa
kedelainya yang segar,” kata Hendra yang mengambil alih pengelolaan
pabrik dari orangtuanya pada tahun 2000.
Sebagai pabrik yang sudah berusia puluhan tahun, produk tahu dari
pabrik Talaga sudah cukup dikenal di Bandung. Para pelanggannya sudah
terbiasa membeli tahu dengan datang langsung ke pabrik hingga sekarang.
Lantas, mengapa membuat toko dan warung?
”Kami ingin memperkenalkan berbagai olahan dari tahu kepada
masyarakat, khususnya tahu yang berasal dari pabrik kami sendiri.
Terkadang kita bingung, membeli tahu hanya diolah dengan cara digoreng.
Adapun konsepnya dipilih warung supaya produk kami bisa dinikmati banyak
kalangan,” ujar Fifi.
Tahu, kan?
Oleh Yulia Sapthiani & Nur Hidayati
Sumber : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/06/14/07091916/Tahu.Sama.Tahu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar